Desa Sudimoro yang berlokasi di Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang merupakan salah satu daerah yang terkenal dengan komoditas buah salak. Wilayah Desa Sudimoro terdiri dari beberapa dusun seperti Dusun Jombong, Sudimoro, Kemukus, Argopeni, Dersanan, Banaran, Kranggan Lor, Kranggan Kidul, dan Sempon. Desa ini memiliki lahan subur yang mendukung kegiatan pertanian lokal berkelanjutan, dengan Gapoktan Madu Rejo sebagai salah satu penggerak dalam memberdayakan petani lokal di Desa Sudimoro. Berdasarkan data RPJMDes tahun 2020-2028, luas lahan pertanian di Desa Sudimoro kurang lebih 201,9 hektar yang terdiri dari lahan pertanian subur dan sebagian lahan tandus. Berdasarkan data hasil wawancara dengan ketua dan wakil ketua Gapoktan serta ditinjau dari RPJMDes Desa Sudimoro, terlihat bahwa keberadaan Gapoktan Madu Rejo merupakan bentuk konkret dari arah pembangunan sektor pertanian desa yang berkelanjutan
Terbentuknya Gapoktan Madu Rejo bermula dari inisiasi perangkat desa yang memulai program simpan pinjam untuk membantu para petani yang membutuhkan uang atau alat bahan terkait pertanian. Adanya gapoktan desa ini membantu memudahkan komunikasi antar kelompok petani tingkat dusun melalui pertemuan rutin dan program terkait pertanian bersama. Pengurus maupun anggota Gapoktan Madu Rejo terdiri dari gabungan kelompok tani kecil (poktan) di Desa yang juga terdiri dari ketua poktan setiap dusun di Desa Sudimoro yang
berjumlah total sembilan dusun. Menurut ketua Gapoktan Madu Rejo, Heri Purnomo, saat ditemui di kantor Balai Desa Sudimoro mengatakan bahwa saat ini jumlah anggota Gapoktan Sudimoro berjumlah total 270 orang.
Peran signifikan Gapoktan ini juga hadir sebagai wadah yang bisa menampung aspirasi maupun kebutuhan para petani, selain menyediakan simpan pinjam, gapoktan juga membantu petani mengakses bibit, pupuk bersubsidi dan beberapa alat pertanian melalui pengajuan bantuan ke Dinas Pertanian dan Pangan. Gapoktan Madu Rejo rutin mengadakan pertemuan setiap satu bulan sekali di sekretariat. Fokus utama kegiatannya saat ini adalah bagaimana gapoktan sendiri bisa mengembangkan kemandirian pangan. “Kami itu pengen, bagaimana kita mikir desa ini bisa terjadi swasembada pangan untuk berkembang. Seperti padi, jagung, kedelai itu biasanya jelas, yang dimakan utama itu kan padi, jagung. Tapi di sektor kita, kebanyakan kan kita masuk di salak. Jadi kita angan-angan jangka panjang seperti itu. Jangka pendeknya, ya kita... pengen masyarakat kita di pertanian perkebunan salak ini bisa ekspor.....,” tutur Sunaryo, wakil Gapoktan Madu Rejo di Balai Desa Sudimoro, Magelang, Selasa (1/7/2025).
Sudah sejak lama buah salak menjadi komoditas unggulan Desa Sudimoro, terutama salak dengan jenis seperti salak madu, salak pondoh, dan salak gading. Keunikan dari masing- masing jenis salak menjadikan buah ini sebagai daya tarik yang cukup banyak diminati, dan tentunya dapat dijadikan potensi ekonomi yang penting bagi masyarakat Desa Sudimoro. Di tengah harapan para anggota gapoktan agar komoditas pertanian bisa berkembang dan mencapai kemandirian pangan. Meskipun begitu, terdapat kendala nyata yang menjadi tantangan seperti persaingan pasar dan kurangnya keberlanjutan minat bertani dari anak muda di Desa Sudimoro. Untuk itu, Sunaryo selaku wakil Gapoktan Madu Rejo berharap dengan adanya bantuan dari dinas atau pemerintah untuk mengadakan program pelatihan atau penyuluhan yang sasarannya anak muda di bidang pertanian. Kendala lain yang menjadi tantangan dalam mengembangkan pertanian berkelanjutan di Desa Sudimoro yaitu dalam pemasaran buah salak, hampir sebagian besar petani salak di Desa Sudimoro menjual salak langsung ke tengkulak.
Selain terkenal dengan buah salak yang melimpah, para petani Sudimoro juga menanam padi untuk kebutuhan pribadi meski luas lahan yang terbatas. Bahkan, untuk hasil panen padi dalam setahun bisa dihitung maksimal mencapai dua kali panen dengan mekanisme pengairan
lahan sistem tadah hujan. Padahal realitasnya di Desa Sudimoro ini terletak berdekatan dengan Sungai Krasak yang menjadi pembatas wilayah Magelang, Jawa Tengah dengan Sleman, DI Yogyakarta. Mengenai hal ini, Sunaryo berharap ke depannya akan ada inovasi dari anak muda yang dapat membangun irigasi yang bersumber mata air dari Sungai Krasak dengan teknologi super murah yang bisa memaksimalkan hasil panen petani melalui sistem pengairan irigasi. Harapan untuk menjadikan Desa Sudimoro sebagai desa mandiri pangan berbasis salak masih menjadi cita-cita bersama yang terus diupayakan melalui sinergi antara petani, pemuda, dan pemerintah. Melalui KKN UGM, artikel ini diharapkan dapat mempromosikan potensi Desa Sudimoro di website desa dan mendorong dukungan untuk pelatihan pemuda serta inovasi irigasi.
Oleh: Moidhoh Lutfiyah/KKN-PPM UGM PERIODE 2 2025